Halaman

gelembung

Little Bunny


Minggu, 30 Desember 2012

Cooperative Learning


Cooperative Learning


Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
       Menurut Eggen dan Kauchack (1993;319),Pembelajaran Kooperatif sebagai kumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu.Slavin (1997),Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
       Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
      Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
      Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
      Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
1. Saling ketergantungan positif.
    Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung jawab perseorangan.
    Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka.
    Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4. Komunikasi antar anggota.
    Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok.
    Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif

Minggu, 23 Desember 2012


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

1.    Tujuan pengajaran
Tujuan ini merupakan faktor pertama yang mempengaruhi pemilihan strategi yang akan dilaksanakan. Menurut Bloom tujuan pengajaran meliputi tiga kawasan belajar yaitu:
a.       Tujuan Kognitif (kemampuan atau pengetahuan)
Yaitu berkaitan dengan perubahan tingkah laku dari berbagai proses mental
b.      Tujuan Afektif
Tujuan afektif ini bertujuan untuk mengarahkan siswa pada usaha pencapaian pada minat, perasaan, emosi, dan sikap.
c.       Tujuan Psikomotor
Ini berhubungan dengan keterampilan otot, termasuk didalamnya gerakan, cara-cara memanipulasikan obyek atau tindakan yang memerlukan pengkoordinasian otot.

2.    Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar yang materinya pasti dimiliki dan dikuasai oleh guru sebelum disampaikan kepada anak didik. Persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan pelengkap. Bahan pelajaran pokok yaitu yang menyangkut bidang studi sesuai dengan profesi guru tersebut. Sedangkan bahan pelajaran pelengkap dapat membuka wawasan seorang guru dalam mengajar untuk menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.

3.    Metode
Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 1991 :17 : Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.
Guru dituntut agar dapat membuat suasana yang meyenangkan dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut guru dapat menggunakan beberapa variasi metode belajar. Kompetensi guru sangat diperlukan dalam pemiihan metode yang tepat. Pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selalu menguntungkan bila seorang guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya. Menurut Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed menjelaskan lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode belajar, yaitu:
a.         Tujuan yang bermacam-macam jenis dan fungsinya
b.        Anak didik yang bermacam-macam tingkat kematangannya
c.         Situasi yang bermacam-macam keadaanya
d.        Fasilitas yang bernacam-macam kualitas dan kuantitasnya
e.         Pribadi guru dan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.

4.    Fasilitas
Fasilitas mengambil peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan strategi pembelajaran dalam  rangka mencapai tujuan pembelajaran yang di harapkan. Fasilitas meliputi peralatan, ruangan dan bahan. Misalnya suatu strategi yang menggunakan metode ceramah untuk kelas besar memerlukan ruangan yang cukup tetapi hanya memerlukan sumber dan fasilitas lain yang sedikit. Beda dengan kegiatan praktek laboratorium akan lebih banyak memerlukan peralatan dan bahan yang banyak , begitu pula diperlukan ruangan yang memadai. Untuk itu pemilihan strategi dan metode sanagt tergantung juga pada ketersediaan alat dan bahan.

Selasa, 18 Desember 2012

Pengertian Strategi Belajar Mengajar


Pengertian Strategi Belajar Mengajar

           Strategi menurut New Vebster Dictionary diartikan sebagai “cara-cara melaksanakan proyek = cara dalam mencapai suatu tujuan = metode dan juga diartikan sebagai rencana (plan).
Menurut J.R David (1976), strategi diartikan a plan method or series of actievies a particular educational goal.Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (J.R. David dalam  Sanjaya, 2008:126). 
Strategi pembelajaran menurut Kozna (1989) diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Adapun pengertian yang lain menurut Gerlach dan Elly (1980), strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran yg dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja,melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik (Dick dan Carey(1990)).
Dalam buku yang lain Gropper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang harus diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya yang harus dapat dipraktekan.
Kemp (1995) berpendapat lain, Strategi Belajar Mengajar adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Berdasarkan pendapat diatas, strategi belajar mengajar adalah cara yang yang digunakan dalam kegiatan atau proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kamis, 13 Desember 2012

Pertidaksamaan Linear Dua Variabel


Pertidaksamaan Linear Dua Variabel

        Pertidaksamaan linear dua variable adalah suatu pertidaksamaan yang didalamnya memuat dua variable dan masing-masing variable itu berderajat satu. Tanda pertidaksamaan adalah “<”, “>”, “≥”, “≤”
Bentuk pertidaksamaan linear dua variable: ax + by ≤ c atau ax + by ≥ c
Contoh: 3x-5y ≤ 15
             4x + 3y ≥ 12       
        Mencari penyelesaian pertidaksamaan linear dua variable ax + by ≤ c atau ax + by ≥ c  dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Membuat grafik garis ax + by =c
1)      Menentukan titik potong ax + by =c dengan sumbu X dan sumbu Y
2)      Menarik gais lurus melalui kedua titik tersebut
b.      Uji titik
Ambil sembarang titik uji P(x1,y1) yang terletak di luar garis ax + by =c  dan hitunglah nilai ax1 + by1, kemudian bandingkan nilai ax1 + by1 dengan nilai c.
1)      Jika ax1 + by1 ≤ c, maka bagian belahan bidang yang memuat titik P(x1,y1) ditetapkan sebagai daerah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan linear ax1 + by1 ≤ c.
2)      Jika ax1 + by1 ≥ c, maka bagian belahan bidang yang memuat titik P(x1,y1) ditetapkan sebagai daerah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan linear ax1 + by1 ≥ c.

Rabu, 12 Desember 2012

Pembelajaran Tipe STAD


PEMBELAJARAN TIPE STAD

A. Pengertian Pembelajaran  Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin,1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,jenis kelamin dan suku.Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan,saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
B. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD
Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain.

Minggu, 02 Desember 2012

Kemandirian Belajar Matematika


Kemandirian Belajar Matematika

Kemandirian Belajar Matematika
a.    Konsep Kemandirian
Independence (mandiri) secara umum menunjuk pada kemampuan individu untuk menjalankan atau melakukan sendiri aktivitas hidup terlepas dari pengaruh kontrol orang lain (Steinberg dalam Sutanto,2006). Menurut Lie dan Prasasti (dalam Maulidiyah, 2005:26), kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.
Menurut Watson dan Lindgren (1973) menyatakn bahwa kemandirian adalah kebebasan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, gigih dalam usaha dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain.  Dalam pandangan Lerner (Budiman,2008:323) konsep kemandirian mencakup kebebasan bertindak, tidak tergantung kepada orang lain, tidak terpengaruh lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan sendiri.
Menurut pendapat dari beberapa ahli diatas, kemandirian merupakan suatu  sikap atau perilaku  dan kemampuan seseorang  untuk melakukan aktifitas sendirian, adanya kebebasan dalam bertindak dan tidak tergantung pada orang lain.

b.    Konsep Kemandirian Belajar Matematika
Menurut Karnita (2007) berpendapat bahwa kemandirian belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi aktifitas belajar dengan kemampuan sendiri tanpa  bergantung kepada orang lain, selalu konsisten dan bersemangat untuk belajar dimanapun dan kapanpun. Kemandirian belajar adalah aktifitas yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari belajar (Setiawan,2004).
Schunk dan Zimmerman (1998) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Menurut Burtihan (1999) mengemukakan kemandirian belajar adalah perilaku siswa yang bebas dan bertanggung jawab dalam menentukan tujuan belajar, merencanakan dan melaksanakan, memelihara serta menilai hasil aktifitas belajarnya tanpa ada ketegantungan pada orang lain.
Berdasarkan pendapat diatas, kemandirian belajar adalah sikap dan kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri atau sendiri dan bertanggung jawab guna mencapai suatu tujuan. Kemandirian belajar matematika adalah sikap dan kemampuan yang dimiliki siswa  dalam belajar matematika secara mandiri dan dengan sedikit bimbingan dari orang lain untuk menguasai suatu kompetensi dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.